Cyber Iran Membuat As Gemetar





Sejak 2010 lalu, Iran berulangkali menjadi sasaran serangan peretas dengan menyebarkan virus terhadap instalasi industri penting di negara tersebut.




Serangan menyebabkan Iran meningkatkan kapasitas cyber nya untuk mencegah para peretas. Kondisi itu dapat menjadi serangan balik terhadap para peretas.

Kini Iran telah menjadi sebuah kekuatan besar dalam menangkal serangan berbasis internet, kata dia.




Jenderal Shelton mengeluarkan peringatan dalam sebuah pertemuan kepada para reporter mengenai divisi Pasukan Udara AS dan juga pasukan Cyber Amerika.




Dia mengatakan pada 2010 virus Stuxnet menyerang pabrik pengolahan uranium Natanz, Iran telah menimbulkan reaksi dari negara tersebut dengan meningkatkan pertahanannya kapasitas cyber secara cepat.




Setelah itu, Iran berulang kali terkena virus. Pada Desember 2012, virus Stuxnet kembali menyerang dan mengenai perusahaan di wilayah Hormozgan selatan.




Peningkatan kemampuan itu telah membantu melindungi sejumlah serangan terhadap kilang minyak dan pabrik lainnya. Kemampuannya itu dapat menyerang balik musuh-musuh Iran dalam beberapa tahun mendatang, kata dia.




"Mereka akan menjadi kekuatan yang diperhitungkan," kata Jenderal Shelton, "dengan kemampuan potensial yang mereka bangun selama beberapa tahun dan ancaman potensial terhadap Amerika Serikat."




Komentar Jenderal Shelton itu disampaikan setelah seorang komandan senior Iran menyatakan telah meningkatkan kemampuan "perang elektronik" yang akan digunakan untuk menganggu sistem komunikasi musuh.




Negara ini diketahui telah melakukan pelatihan militer berbasis situs secara bersamaan dengan pasukan lain untuk bermanuver.




Pasukan cyber AS yang dipimpin oleh Jenderal Shelton, memiliki kekuatan sekitar 6.000dan akan ditambah sekitar 1.000 orang dalam waktu 12 bulan.




Para pekerja ini suskses melakukan jutaan serangan tehadap jaringan militer setiap hari, kata dia.




Dia mengatakan, pasuan cyber dapat mengumpulkan data intelejen dan membangun kecakapan untuk melakukan serangan meretas untuk mendukung operasi militer tradisional.




(BBC)

Follow On Twitter